Caringin, liputancs.com-Pungutan liar (pungli) dengan modus meminta bantuan yang mengatasnamakan lembaga atau yayasan yatim piatu yang dilakukan sejumlah oknum, marak di wilayah Kecamatan Caringin. Diduga, para pelaku yang umumnya berasal dari luar wilayah Bogor ini merupakan anggota jaringan penggalangan dana fiktif yang tersebar disejumlah wilayah Kota dan Kabupaten Bogor.
Hasil investigasi tim liputancs.com di lapangan, US, salah seorang pengumpul dana, mengaku telah cukup lama menjadi relawan yang bertugas meminta sumbangan kepada para donatur dengan cara door to door, bermodalkan proposal palsu.
"Saya cuma bertugas meminta sumbangan dari pintu ke pintu, nanti hasilnya saya setorkan ke bos dan langsung bagi hasil dengan persentase 70 persen untuk saya, dan 30 persen untuk bos saya," ungkap lelaki asal Kabupaten Sukabumi ini.
Dirinya mengaku, dari hasil proposal yang mengatasnamakan yayasan yatim piatu yang beralamatkan di salah satu kecamatan di wilayah Barat Kabupaten Bogor tersebut, dalam sehari bisa mengantongi satu hingga dua juta rupiah.
"Ya paling kecil dalam sehari bisa menghasilkan satu juta rupiah," tuturnya.
Bahkan UP, petugas lainnya mengaku mendapatkan proposal itu dengan cara membeli dari tangan JD, yang disebut-sebut sebagai ketua yayasan, dengan harga Rp 300 ribu per proposal.
"Saya justru beli dengan harga segitu, trus hasilnya buat saya sendiri. Nanti kalau masa berlaku proposal sudah habis, saya harus beli proposal baru lagi," terangnya.
Selain dilengkapi proposal, para relawan gadungan ini pun dibekali kartu identitas atau ID card dan surat tugas laiknya petugas dari lembaga resmi. Bahkan, dalam proposal tersebut tercantum nama pengurus yayasan, kepala desa hingga camat yang diduga sengaja dipalsukan, demi meraup keuntungan pribadi.
"Ini tidak bisa dibiarkan, apalagi mereka sudah menjual nama lembaga dan yatim piatu. Sudah jelas ini merugikan nama baik yayasan yang mungkin saja memiliki legalitas resmi. Makanya ini harus disikapi serius oleh pihak terkait. Karena jika dibiarkan, mereka bakal keenakan," tegas Maulana Malik, warga Caringin.(ZO)
Hasil investigasi tim liputancs.com di lapangan, US, salah seorang pengumpul dana, mengaku telah cukup lama menjadi relawan yang bertugas meminta sumbangan kepada para donatur dengan cara door to door, bermodalkan proposal palsu.
"Saya cuma bertugas meminta sumbangan dari pintu ke pintu, nanti hasilnya saya setorkan ke bos dan langsung bagi hasil dengan persentase 70 persen untuk saya, dan 30 persen untuk bos saya," ungkap lelaki asal Kabupaten Sukabumi ini.
Dirinya mengaku, dari hasil proposal yang mengatasnamakan yayasan yatim piatu yang beralamatkan di salah satu kecamatan di wilayah Barat Kabupaten Bogor tersebut, dalam sehari bisa mengantongi satu hingga dua juta rupiah.
"Ya paling kecil dalam sehari bisa menghasilkan satu juta rupiah," tuturnya.
Bahkan UP, petugas lainnya mengaku mendapatkan proposal itu dengan cara membeli dari tangan JD, yang disebut-sebut sebagai ketua yayasan, dengan harga Rp 300 ribu per proposal.
"Saya justru beli dengan harga segitu, trus hasilnya buat saya sendiri. Nanti kalau masa berlaku proposal sudah habis, saya harus beli proposal baru lagi," terangnya.
Selain dilengkapi proposal, para relawan gadungan ini pun dibekali kartu identitas atau ID card dan surat tugas laiknya petugas dari lembaga resmi. Bahkan, dalam proposal tersebut tercantum nama pengurus yayasan, kepala desa hingga camat yang diduga sengaja dipalsukan, demi meraup keuntungan pribadi.
"Ini tidak bisa dibiarkan, apalagi mereka sudah menjual nama lembaga dan yatim piatu. Sudah jelas ini merugikan nama baik yayasan yang mungkin saja memiliki legalitas resmi. Makanya ini harus disikapi serius oleh pihak terkait. Karena jika dibiarkan, mereka bakal keenakan," tegas Maulana Malik, warga Caringin.(ZO)


Post a Comment for "Modus Proposal Penggalangan Dana Yatim Piatu Marak di Caringin"