
Secara Etimologis
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, Philo artinya Cinta dan Shopia artinya
Kebijaksanaan atau kebenaran, jadi Philoshopia artinya mencintai kebijaksanaan.
Perkataan
Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia”
yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos
(philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari
zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan
pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak
hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama,
pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian
pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang
Gie, 1999).
Secara Terminologi
pengertian Filsafat Menurut para ahli, antara lain ; Menurut Plato; “Ilmu
pengetahuan yang berusaha mencapai kebenaran yang asli karena kebenaran mutak
di tangan Tuhan” sedangkan menurut Aristoteles; “Ilmu Pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, sosial budaya dan astetika”
Al Farabi; Filsuf
Besar Muslim yang diberi gelar Aristoteles Kedua mengatakan bahwa filsafat
adalah “pengetahuan tentang yang ada menurut hakikat yang sebenarnya”
Immanuel Kant,
Filsuf Barat yang diberi gelar “Raksasa Pemikir Eropa” mengatakan bahwa Fisafat
adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup empat persoalan
antara lain :
a.
Apa
yang dapat kita ketahui, dijawab oleh metafisika;
b.
Apa
yang boleh kita kerjakan, dijawab oleh etika;
c.
Apa
yang dinamakan manusia, dijawab oleh Antropologi;
d.
Sampai
dimana harapan kita, dijawab oleh Agama.
Habullah Bakry;
“ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ketuhanan, alam
semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakekatnya sejauh yang dapat dicapai manusia”
Banyak pengertian atau definisi tentang filsafat yang
telah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo,
1984), secara harafiah filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Maksud sebenarnya
adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan
kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya
seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
Menurut Surajiyo (2010:1) secara etimologi kata filsafat, yangg dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam Bahasa Inggris di kenal dengan istilah philoshophy adalah dari Bahasa Yunani philoshophia terdiri
atas kata philein yang berarti cinta (love) dan shopia yang
berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti
cinta kebijaksanaan (love of
wisdom) dalam arti yang
sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah Pecinta atau
Pencari Kebijaksanaan.
Susanto (2011: 6) menyatakan bahwa menurut Istilah, filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mengkaji tentang masalah-masalah yang
muncul dan berkenaan dengan segala sesuatu, baik yang sifatnya materi maupun
immateri secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu yang sebenarnya,
mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta berpikir secara rasional-logis,
mendalam dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan
masalah-masalah dalam kehidupan manusia.
Menurut Surajiyo (2010: 4) filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki segala sesuatu yang
ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya.
Filsafat bukan mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat dari sesuatu
fenomena. Hakikat adalah suatu prinsip yang menyatakan “sesuatu” adalah “sesuatu” itu
adanya. Filsafat mengkaji sesuatu yang ada dan yang mungkin ada secara
mendalam dan menyeluruh. Jadi filsafat merupakan induk segala ilmu.
Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud
sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta
kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari
kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan,
terus menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran (Soeparmo, 1984).


nyatanya walaupun sudah dijabarkan sedemikian rupa tentang filsafat, masih saja sampai hari ini manusia Indnesia yang awam masih enggan dengan FILSAFAT karena kata mereka bisa autokafir dengan berfilsafat. tetapi itulah pemikiran sebuah ilmu, kalau menurut kristensen ada 4 hal yang menjadpara incumbent ketika lahir pembaruan (ilmu)
ReplyDelete